SUSUNAN ACARA ATAU LITURGY

18.00 / /

Pengetahuan yang kurang akan liturgy ditengah-tengah jemaat menimbulkan kesan bagi jemaat itu sendiri bahwa liturgy hanyalah sebatas susunan acara agar jalannya ibadah tidak kacau. Sehingga tidak heran jika susunan ibadah ditempatkan sembarangan, artinya menurut selera.
Hal ini tidak dapat kita salahkan, karena pengetahuan mereka tentang liturgy hanya sebatas apa yang mereja dengar dan lakukan pada ibadah minggu. Tentu kelemahan inilah yang justru ada ditengah-tengah para pelayan, "mengapa pengetahuan akan liturgy tidak diajarkan kepada jemaat?" atau "para pelayan itu sendiri tidak mengetahui apa dan bagaimana liturgy itu sebanarnya!".
Kali ini, saya akan mencoba untuk memaparkan opini saya tentang liturgy. Kita tidak akan memulainya dari etimology sebab etimology liturgy mungkin hampir semua kita mengetahuinya. Untuk itu saya akan memulai pemahaman liturgy ini dari segi alur yang menjiwai liturgy gereja Kristen khususnya HKBP.
Hidup orang Kristen adalah hidup yang dikuasai oleh liturgy artinya membudayakan liturgy dan meliturgykan budaya yang yang tidak bertentangan dengan Aturan Peraturan (AP) serta konfessi gereja itu sendiri. Hal ini menggambarkan bahwa seluruh hidup kita adalah sebuah liturgy (bnd. "Persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup"). Namun demikian, puncak liturgy berada pada ibadah (minggu). Ibadah Minggu adalah gambaran kerajaan Allah yang dapat kita lihat dengan mata kita.
Pemahaman liturgy bukan hanya dimulai ketika lonceng berbunyi dan nyanyian pujian dikumandangkan, namun jauh sebelum itu liturgy yang utama sudah dimulai. Pada gereja-gereja yang memiliki lonceng, pada hari sabtu sore (pukul 18.00 WIB) lonceng akan dibunyikan. Hal ini bertanda bahwa hari sabat telah dimulai, inilah start untuk persiapan diri menuju ibadah utama. Perenungan akan dimulai pada saat ini, sampai kepada lonceng memanggil jemaat untuk beribadah pada hari minggu (bnd. "pada hari ini jika engkau mendengar suaranya, janganlah keraskan hatimu").
Pemahaman liturgy adalah sebagai berikut:
  1. Mulai melangkah dari rumah menuju gereja sampai memasuki gereja. Proses anda datang untuk menghadiri ibadah bukanlah kemauan anda sendiri. Namun adalah panggilan Allah (bnd. "bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu"; "bangsa yang dipanggil keluar dari kegelapan"; "kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani...."). Artinya ALLAH YANG MENETAPKAN, bukan dari diri kita sendiri, maka kita harus kembali ke ayat yang diatas, jangan keraskan hatimu. Memasuki pintu gereja bukanlah hanya sebatas "saya datang dan beribadah", namun memasuki pintu gereja haruslah dibarengi dengan perenungan atas kelepasan kita dari dosa, pembaptisan kudus. Maka bagi gereja-gereja Katholik ada air suci yang disediakan untuk membasuh kepala (kening), hal ini mengingatkan kita kepada baptisan. Di dalam baptisan kita mati dan hidup kembali dalam kehidupan yang baru. Maka memasuki gereja artinya kita mati dalam dosa. Hal ini membuka pemahaman bahwa gereja adalah kuburan (atap gereja adalah gundukan tanahnya dan menara gereja adalah batu nisannya), tempat orang meninggal beristirahat (kalo gitu, kenapa harus ribut di gereja? Masa orang mati bisa ngomong?).
  2. Jalannya (alur) ibadah. Ibadah dimulai dengan lagu pujian, menyatakan bahwa kita siap untuk meng-Ia-kan panggilan Allah. Lalu bangkit berdiri menyambut Allah yang akan datang, layaknya seorang Raja, ketika raja hadir maka seluruh rakyatnya harus berdiri. Allah hadir (digambarkan dengan Votum), kemudian kita akan menerima jiwa (thema) Ibadah yang dihadirkan sesuai dengan tahun liturgy gereja (digambarkan dengan Introitus), lalu setelah itu kita diajak untuk merespon (digambarkan melalui doa). Lalu kita mengumandangkan lagu pujian menyatakan sukacita atas kehadiran Allah. Maka Susunannya adalah (1) Bernyanyi; (2) Votum-Introitus-doa; (3) Bernyanyi.
  3. Setelah itu Allah mengajak kita untuk merenungkan hidup kita dalam satu minggu penuh. Dimana kelemahan kita (digambarkan melalui Hukum Taurat). Dengan bercermin kepada hukum taurat kita ke mbali mengenang hidup kita selama satu minggu. Allah berkata "dengarlah hukum Tuhan", hukum itu adalah pagar hidup kita, maka kita merespon dengan doa (digambarkan dengan doa meminta kekuatan), melalui cermin hukum Taurat itu kita menyadari kelemahan dan kekurangan kita, lalu kita angkat nyanyian yang bertemakan tentang hukum taurat itu sendiri. Maka susunannya adalah (4) Hukum Taurat; (5) Bernyanyi.
  4. Ketika kita sadar bahwa kita adalah manusia berdosa melalui cermin hukum taurat tersebut, kita bangkit berdiri mengaku kesalahan yang telah kita perbuat (digambarkan pengakuan dosa). Dengan pengakuan akan kelemahan itu, Allah menunjukkan belas kasihanNya kepada manusia (digambarkan dengan Janji Tuhan Akan pengampunan dosa). Hal ini bukanlah pengampunan dosa, tetapi hanya janji, semua akan berawal kepada iman jemaat itu sendiri. Ia telah mendengar janji, namun ketika ia tidak menjaga kekudusan dan iman, maka janji itu bisa jadi tidak berlaku baginya (bnd. seluruh cerita Alkitab yang berkata "tergeraklah hatinya oleh belas kasihan" lalu di akhirnya cerita penyembukan Kristus berkata "Imanmu telah menyelamatkan engkau"). Lalu gemuruh nyanyian malaikat kembali bergema "Kemuliaan bagi Allah ditempat yang maha tinggi" (bnd. "Ketika satu orang telah bertobat, maka beribu-ribu malaikat bersorak"). Lalu jemaat merespon dengan kata Amin dan dilanjutkan dengan pujian kepada Allah atas pengampunan dosa. Maka susunannya adalah (6) Pengakuan dosa; (7) Bernyanyi.
  5. Ketika dosa kita telah diampuni, maka adalah kelayakan bagi kita untuk kembali menerima petunjuk hidup baru (digambarkan melalui Epistel). Epistel memiliki arti "surat". Awalnya Epistel hanya diambil dari Surat Para Rasul. Namun intinya adalah tentang peneguhan dan apa yang harus kita lakukan. Kemudian kita kembali diingatkan untuk bertahan dalam iman yaitu ucapan berbahagia (bnd. Mazmur 1). Kembali kita mengumandangkan lagu tentang petunjuk hidup baru. Maka susunannya adalah (8)Epistel; (9) Bernyanyi.
  6. Sebagai umat yang telah diselamatkan, adalah layak untuk menyuarakan "Proklamasi" sebagai tanda ketidak goyahan dan keteguhan iman kepada ke-Tritunggalan Tuhan. Artinya apapun yang terjadi, iman kita tidak akan goyah, sebab Allah telah membebaskan kita. (10) Pengakuan Iman Rasuli.
  7. Kehidupan orang beriman yang telah dilepaskan dari dosa, urusannya bukan saja sebatas rohani. Iman juga ditunjukkan kepada kepedulian kita terhadap sesama (bnd. "barangsiapa berkata mengasihi Allah namun ia membenci saudaranya, maka ia tidak layak menjadi muridKu") hal ini digambarkan melalui Warta Jemaat. Ketika warta jemaat dikumandangkan, perlu kita ingat, bahwa Kerajaan Allah bukan berasal dari dunia, namun ditempatkan pada dunia, maka perlu ada pengaruh kepada dunia, bukan terpengaruh akan dunia. Lalu kita memberikan sedikit yang kita miliki untuk membantu saudara-saudari kita melalui pengumpulan persembahan.
  8. Kabar sukacita dari Allah dikumandangkan, sebab Allah telah melawat umatNya.
  9. Karena kita telah ditebus dan dibebaskan oleh Allah, maka kita memberikan korban persembahan.
  10. Setelah korban persembahan kita kumpulkan, maka kita mohon kepada Allah agar kiranya menerima persembahan yang telah kita kumpulkan, lalu jemaat menyambut dengan nyanyian persembahan, yang isinya sebuah ikrar bahwa segala sesuatu berasal dari Allah dan kita kembalikan kepada Allah, dan sedikitpun tidak akan pernah kita ungkit kembali.
  11. Dilanjutkan dengan Doa yang diajarkan Kristus, dan jemaat merespon dengan Doxology artinya segala sesuatunya Allahlah yang empunya, kuasa, kemuliaan bagi Dia yang kekal hingga kekal.
  12. Allah akan kembali ke tahtanya yang kudus, lalu Ia memberkati jemaatNya, lalu jemaat merespon dengan pasti, yakin atau Amin.
  13. Jemaat keluar dari gereja sebagai tanda telah bangkit dari kematian, artinya kubur telah terbuka (pintu gereja yang terbuka), hidup baru telah datang.

Ibadah telah selesai. Nah, Kawula muda, dengan memahami seperti ini, tentunya kita menyadari bahwa liturgy bukanlah sebagai susunan tata ibadah saja, namun ia memiliki alur cerita yang harus dipahami dengan baik. Nyanyian bukan hanya sebagai selingan dari beberapa point ibadah. Tetapi semua itu memiliki point-point tersendiri yang harus ada. Coba perhatikan point-point dibawah ini:

1. Bernyanyi

2. Votum-Intoitus-Doa

3. Bernyanyi

4. Taurat Tuhan-Doa meminta kekuatan

5. Bernyanyi

6. Pengakuan dosa-Janji Allah akan pengampunan dosa-Glory in exelsis Deo

7. Bernyanyi

8. Epistel-Ucapan berbahagia

9. Bernyanyi

10. Pengakuan Iman Rasuli

11. Warta Jemaat

12. Pengumpulan Persembahan sambil Bernyanyi

13. Evangelium (Kabar Baik)

14. Pengumpulan Persembahan sambil Bernyanyi

15. Doa Persembahan

16. Nyanyian Persembahan sebagai janji dan pengakuan jemaat

17. Doa Bapa Kami

18. Doxology (Pengakuan kemuliaan Allah)

19. Berkat

20. Amin.

Label: